Yuusha no Furi Chapter 4 (Bahasa Indonesia)

Chapter 4 Sambutan Penduduk Desa


Update tengah malam, sebenernya mau di post tadi sorean, tapi malah ketiduran, yah apa boleh buat.
Untuk melihat update selanjutnya silahkan like page kami juga yak. Masih baru juga pagenya, cover pun belum ada. Berhubung admin gak ada bakat gambar n design juga.

Enjoy this Chapter minna!

----------------------------


Senja. Langit barat menyala merah.
Setelah tidur di luar ruangan sekian kali di dalam hutan, kami akhirnya keluar dari hutan yang sangat luas.
Ia mengatakan padaku banyak hal selama perjalanan.
Dunia ini, geografi masing negara, sejarah, dan Ajarannya. Dan ancaman Raja Iblis dan sistem Hero.
Saait ini kami sedang menuju selatan di mana ibukota kerajaan berada.

Walaupun Aku merasakan besarnya pengaruh Raja Iblis karena mendengarkan ceritanya.
Tampaknya tidak ada True Hero yang muncul selama 100 tahun terakhir.
Ada beberapa Hero yang kuat, tapi malahan setiap dari mereka telah dibunuh oleh Raja Iblis.
Apa boleh buat aku hanya bisa berpikir jika ini aneh.
Mungkin ada alasan mengapa Raja Iblis tidak bisa dikalahkan.
Sepertinya aku harus menggali secara rinci.

Kami berdua berjalan di atas jalan yang tinggi dengan ayunan rerumputan.
Celica berjalan di sisiku dengan senyum di seluruh wajahnya tanpa terlihat lelah.
Pipi putih lembutnya berselimut merah oleh cahaya matahari terbenam.
"Kamu benar-benar bersemangat."
"Iya.. Aku senang meski hanya dengan bisa berjalan dengan hero-sama seperti ini."
Celica meletakan tangannya di pipinya dan memuntir tubuhnya. Menekankan anggota badannya yang lembut.
Aku menggeleng takjub

Kami tiba di sebuah desa kecil ketika hari akan segera berakhir.
Sebuah desa dengan sekitar 50 orang yang tersebar di beberapa titik.

Celica berkata dengan tampang lesu.
"Mari kita menginap di desa ini hari ini"
"Ya, ayo... Tapi, apakah aman?"
Aku secara tersirat memasukan fakta tentang status [Sinner]-nya

Celica bicara sambil mencengkram liontin yang menggantung di lehernya.
"Kita akan baik-baik sja, ini sebuah desa kecil. --Lagipula, aku tidak bisa membiarkan Keika-sama berkemah di luar lagi"
"Aku tidak benar-benar keberatan ...Dan sepertinya tidak ada penginapan di sini."
"Umumnya, kamu meminta ke kepala desa untuk mengijinkan kita menginap di rumahnya dalam kasus seperti ini.""Jadi begitu"
"Namun kita mungkin harus tidur di dalam gudang..."
"Tidak masalah, selama itu bisa melindungi kita dari udara."
"Baik, aku mengerti"
Celica melangkah menuju rumah terbesar di pusat desa dengan tegang.
Aku mengikuti setelahnya dengan santai.

Secara mengejutkan, rumah kepala desa adalah sebuah bangunan besar berlantai dua. Dia mungkin bekerja dua kali sebagai pejabat pemerintah
Kami bertemu walikota desa di ruang makan dari rumah itu.
Dia adalah seorang pria tua yang sangat baik dengan rambit putih dan jenggot abu-abu.

Dia menyambut hangat kami dengan senyum di seluruh wajahnya.
"Wah wah, selamat datang di desa sederhana kami, travelers. Mari mari kita makan malam sekarang. Silahkan  isi perutmu sepuas hatimu"
"Kami minta maaf karena berkunjung mendadak."
Celica dengan anggun membungkuk. Rambut pirangnya bergantung lembut.

Aku juga mengucapkan salamku.
"Terima kasih untuk mengijinkan kami tinggal. Apakah tidak apa-apa bagi kami bahkan sampai disuguhi makan malam."
"Jangan khawati. Penampilanmu menunjukkan bahwa kamu Petualang. Kami bersyukur karena kamu membasmi monster."
Kepala desa tertawa dengan alis berkerut.

Namun dia tidak bisa menipu mata Dewa.
Aku tahu bahwa hatinya tidak tertawa.
"Mari mari, silahkan. Ini tidak banyak tapi tolong makanlah sebelum dingin."
Kepala desa mendorong kami untuk makan.

Ada beberapa roti kasar dan sup dengan potongan daging di dalam mangkuk yang diletakan di atas meja kayu. Uap yang membangkitkan selera naik.
Celica menyipitkan matanya dengan gembira, sudah berapa lama sejak makanan hangat terakhir kami.

Aku bertanya tentang foto seorang wanita yang tergantung di dinding.
"Siapa itu?""Ah, itu foto Saintess-sama yang menyelamatkan desa ini dari kutukan dulu sekali--"

"--<>."
Aku menjalankan mantra saat mata kepala desa teralihkan.
Sup itu bersinar untuk sesaat. Hanya punyaku.

Mengenal karakter Celica, dia mungkin tidak bisa berpura-pura seperti dia sedang ditipu, jadi aku memutuskan untuk tidak memberitahunya.
Nah, bahkan tanpa detoksifikasi, harusnya aku baik-baik saja jika aku menelan racun karena aku seorang Dewa, tapi aku tidak tahu aturan dunia ini, ini hanya sebuah jaminan.

Kemudian makan dimulai.
Aku makan sambil merendam roti kering ke dalam sup.
Rasanya sederhana, tapi rasa daging dan lemaknya tidak buruk. Ini mirip pot-au-feu dengan beberapa bahan.

Melihat kesamping, Celica merobek roti dengan jarinya yang indah sebelum menaruhnya ke dalam sup.
Tenggorokan rampingnya bergerak naik turun.
Perilakunya seperti seseorang yang tidak mencurigai apapun.
Menyadari pandanganku, Celica memiringkan kepalanya bingung.
"Apa ada yang salah?"
"Tidak, tidak ada"
Aku kembali memakan sup dan roti itu kembali

*****

Malam.
Kami dituntun ke sebuah ruangan tanpa jendela jauh di dalam mansion. Ada satu tempat tidur dan lembaran yang terbuat dari tumpukan jerami.
Pintu yang diminyaki adalah satu-satunya yang terlihat masih baru.
"Aku akan tidur di atas jerami."
"Tapi. Keika-sama, silahkan gunakan tempat tidur."
"Tidak, Aku tidak boleh tertidur kau tahu. Jadi itu tidak apa-apa."
"Eh?"
"Dan juga, kumpulkan barang-barang jadi kita bisa pergi dengan segera."
"Aku mengerti."
Celoci menatapku penasaran, tapi dia patih tanpa pertanyaan.

Setelah itu, aku meminta seseorang di rumah itu beberapa air. Celica mengusap tubuhnya di dalam ruangan, tapi aku bilang padanya aku ingin membasuh seluruh tubuhku.

Aku mengambil air di halaman, mengusap anggota badanku.
Dari atas ke bawah. Tetes air dari rambut hitam sederhanaku. Rasa dingin membangunkan mataku.
Banyak bintang yang berserakan di langit, begitu indah.
Namun, aku tidak bisa melihat terangnya bulan. Ini mengecewakan, tapi juga nyaman.

Namun, aku tidak hanya mandi.
Aku menghafal tata letak rumah sambil kembali ke kamarku.
Dan kemudian aku tidur.

Tengah malam.
Diruang gelap gulita tanpa cahaya.
Ketika aku merasakan beberapa kehadiran aku membuka mataku sambil tetap bersandar di atas jerami.
Aku bisa mendengar Celica tidur dengan nyenyak.

Aku mengkonsentrasikan pikiranku.
Suara dari kaki berjinjit di koridor dan taman.
Namun, mereka tidak bisa menghapus getaran samarnya.
Tampaknya mereka sedang berbicara tapi aku tidak bisa mendengar mereka.
"--<>"
Suara di sekita mengalir ke telingaku.

Suara laki-laki.
"Apakah mereka tertidur?"
"Tentu saja"
"Apakah Ia benar-benar seoarang [Sinner]?"
"Bola kristal menyala merah. Tidak salah lagi."
Itu adalah suara serak seorang pria tua.

Seorang pria paruh baya bertanya.
"Apa mereka tidak akan bangun?"
"Itu obat tidur untuk monster. Mereka akan cepat tidur sampai besok pagi."
Ini adalah suara dari seorang pria tua lagi, bercampur dengan tawa.

Suara seorang pria tua.
"Baiklah. Seseorang pergilah ke kota dan panggil para Penjaga--"
"Ma Ma Tunggu. Prestasi kami akan direbut jika kita memanggil para Penjaga."
"Namun, mereka tampak seperti petualang yang kuat."
"Mereka sedang tidur kan?"
"Itu benar, tapi..."
"Kami akan menangkap mereka dan membawa mereka ke penjaga sendiri"

Hanya ada lima orang di koridor. Termasuk si Kepala desa.
Sekitar 10 orang di depan mansion. Ada suara dari armor dan logam dari arah sini.
Sepertinya mereka bersenjata.

Namun, dilihat dari percakapan mereka, dugaanku salah.
Aku pikir ini adalah sebuah desa di mana orang-orang membunuh pengembara dan mencuri barang-barang mereka, tapi sepertinya bukan itu masalahnya.

Salah satu orang itu tertawa ketika aku sedang dalam keraguan
"Gadis itu adalah seorang [Sinner]. Dia bernilah 10 koin emas besar. Mungkin satu Koin emas murni..."
"Benar"
Seorang pria yang anehnya bernapas dengan kasar bertanya.
"Hey-hey.... Sebelum kita membawanya ke Penjaga, eh, kita bisa..."
Kepala desa itu menegur mereka dengan suara rendah.
"Bodoh, bahkan jika salah satu dari kalian ada kaitanya dengan seorang [Sinner], seluruh anggota keluargamu akan dibantai. Desa ini akan dikutuk juga. Apa kamu lupa terror dari wabah itu! Kamu tidak boleh menyentuhnya,"
"Tch, Aku tahu aku tahu"

Aku mendecakkan lidahku di dalam hati.
--Mereka mengincar Celica huh.

Celica bilang itu akan baik-baik saja, tapu tampaknya desa memiliki item yang dapat merasakan seorang [Sinner].
Omong-omong. Dilihat dari seorang Sinner tidak sering muncul, sepertinya itu terjadi saat bayi lahir atau saat orang asing datang atau ketika kamu belajar untuk menjadi seorang Pendeta.
Kami ketahuan karena kami seorang orang asing kali ini.

Namun, mereka tidak membiarkan orang untuk menyentuhnya meskipun [Sinner] akan dibunuh.
Mereka mungkin takut seorang anak bisa saja lahir.
Lagi pula, Seorang gadis dengan Light Elemental memiliki kesempatan tinggi untuk melahirkan anak dengan cahaya yang lebih besar.

Itu berarti, semua gadis-gadis dengan Light Element itu murni huh.
Aku akan memprioritaskan membantu mereka setelah aku menjadi seorang Hero.

--Oh.
Seseorang menyentuh pintu. Dan kemudian membukanya tanpa suara.
Empat pemuda masuk terlebih dahulu sebelum kepala desa.
Dua di tempat tidur, dua di arahku. Berjinjit dengan tali di tangan mereka.
Saat mereka masuk ke jarak yang tepat, aku melompat.
Gedebak, gedebuk, dua suara tumpul.
"U"
"A"
Tangan kananku memukul perut keduanya. Mereka tidak bisa bernapas ketika aku memukul diafragma mereka.
Aku melompati tubuh mereka berdua.
Aku memukul dua yang akan mengikat Celica, merampas kesadaran mereka.

Kepala desa hendak berteriak kaget.
"W-wha--gwu"

Tanganku lebih cepat.
Aku mmenggulungkan tali yang akan digunakan untuk mengikat Celica di Leher kepala desa.
"U, ga"
Kepala desa itu dengan putus asa mencoba untuk melepas tali yang seperti cambuk dengan jarinya.
"Gu..."
Dia jatuh. Aku segera melepaskan tali di lehernya.
Aku memeriksa pakaiannya dan mengambil sebuah kunci.
Dan kemudian aku mengikat mulut dan tangan mereka dengan tali yang mereka bawa sendiri.

Setelah itu aku mengambil barang bawaan kami dan mengankan Celica yang sedang tidur seperti Putri pirang--
"Ini agak sulit untuk bergerak"
Kepalanya mungkin akan membentur dinding atau pintu jika aku membanya dengan gendongan pengantin.
Sebaliknya aku meletakan dia di punggungku. Aku merasakan sensasi bulat yang lembut di punggungku. Mereka benar-benar besar.

"Unya, munya... Nenek, nandesuno..."
Seberapa banyak sikap Putri gadis ini.
Aku meninggalkan ruangan sambil merasakan nafas tidur manisnya.
Aku menutup pintu diam-diam dari luar.

Aku pergi ke belakang karena ada 10 orang bersenjata di halaman. Aku sudah memeriksa jika ada sebuah pintu yang tidak terpakai di sana.
Karena aku sudah menghafal tata letak, aku bisa berjalan tanpa tersesat bahkan tanpa cahaya.
Berjalan dengan kaki telanjang.

Aku tidak berniat untuk melawan. Aku benar-benar berniat untuk melarikan diri.
Tentu saja aku bisa mengakhirinya dengan cepat, mereka hanya warga desa biasa, jika aku ingin.
Namun, karena mereka dipersenjatai aku mungkin akan membuat kesalahan saat menahan diri dan beberapa dari mereka mungkin bakal mati. Mereka mungkin akan menggunakan sihir juga, semua jadi lebih berbahaya.

--Jika aku masih sama seperti aku yang di Jepang, aku mungkin akan membuat Seluruh desa terendam lumpur dengan penuh kemarahan.
Sambil berkata jika itu adalah penghujatan terhadap Dewa.
Namun, itu tidak baik. Aku tidak akan bisa menjadi Dewa jika aku mengulangi hal yang sama.

Menjadi Hero adalah prioritas utamaku.
Jika aku terbebani dengan noda pembunuhanm aku akan kehilangan kualifikasi untuk menjadi seorang Hero.
Itu akan merusak kehidupan mudah menuju keDewaan ini.
Lakukan dengan lembut. Jangan marah, diriku.

--Well meskipun aku akan meminta pembalasan setelah aku sudah menjadi Hero!

Aku berjalan sambil menekan jejakku dan mengkonsentrasikan telingaku.
Kehadiran di dalam rumah. Napas orang-orang yang ditekan.
Anak-anak dan para perempuan menahan napas mereka di kamar mereka sendiri.
Tidak ada kendala di jalur ini.
Namun, ini hanya masalah waktu sebelum mereka menyadarinya.

Aku tiba di pintu belakang. Debu dan sampah menumpuk di depan pintu.
Aku membuka pintu dengan kunci yang aku ambil dari kepala desa.
Dengan sedikit tenaga, aku mendorongnya diam-diam--

SCHREEECH--!

Suara sangat keras bergema di kegelapan malam.

--Sial!!
Pasti berkarat karena tidak pernah digunakan!

Suasana di mansion benar-benar berubah. Gemerisik suara bergema.
"Apa kamu dengar suara?"
"Dari belakang."
"Seseorang pergi liat!"
Sekitar lima langkah kaki pergi ke arah belakang

"Eeey, sialan!"
Aku pergi ke luar sambil mengutuk.
Ke arah berlawanan dengan langkah kaki itu.

Aku berlari melalui jalan sempit.
Celica bergoyang di punggungku. Rambut pirangnya menggelitik leherku.
Aku akan menggunakan kekuatan Dewa untuk meningkatkan kecepatanku setelah aku tiba di luar jangkauan mata warga desa.
Karena mereka akan berpikir bahwa aku seorang monster jika mereka melihatku menggunakan kekuatan Dewa.

Namun aku mendengar teriakan dari belakang.
"Mereka melarikan diri!"
"Di sana!"
Aku melihat beberapa warga desa mengejar kami ketika aku menengok kembali.

Sial, mereka sudah menemukan kami!
Dengan begini aku tidak bisa menggunakan Kekuatan Dewa sebelum aku menyingkirkan warga desa.

Aku tidak punya pilihan selain melarikan diri sambil membawa Celica di punggungku.
Aku meninggalkan desa dan lari di dataran lembut.
Ke selatan di mana ibukota kerajaan berada.
























Facebook Twitter Google+

Comment Now

7 komentar

    • avatar Yuusha no Furi mo Raku Janai–Riyuu? Ore ga Kami Dakara– Chapter 3 (Bahasa Indonesia) – Mavhia Translation says:

      […] Next Chapter […]