Yuusha no Furi Chapter 14 (Bahasa Indonesia)

Chapter 14 - Tower of Trial  Membawanya Sekaligus itu? (Lantai Ketiga Bagian Awal)


Karena akhir minggu ini tidak ada kesibukan bisa update lebih cepat. Di RAW english nya juga lagi ngebut sampai ujian Tower of Trial selesai. Kalau besok juga tidak ada kesibukan akan ane update juga nanti.

Jangan lupa like fanspage kami untuk mengikuti informasi terupdate dari kami.

Well. Silahkan menikmati

-----------------------------------------------

Lantai ketiga dari Tower of Trial. Lima jam dan 20 menit tersisa sampai matahari terbenam.

Kami memasuki pintu dan tiba di tempat berikutnya.
Angin terus bertiup. Ada ruangan besar di depan kami. Ini lebih besar dari sebuah ruang konser.
Namun, tidak ada lantai di sana. Dalamnya kegelapan tersebar di mana-mana. Kamu tidak bisa melihat dasarnya.
Aku mencoba menjatuhkan sebuah kerikil, tapi aku tidak bisa mendengar suaranya menyentuh dasar.

Sebuah lantai sempit selebar 50 cm memanjang di ruangan itu.
Jalan itu berkelok-kelok seperti ular sampai ke pintu di tepi seberang.

Terdapat pilar bundar setinggi atu meter di samping pintu, obor dengan api berwana hijau terbakar tanpa henti di atas pilar. Ini yang di sebut api unggun.
Api itu berwarna hijau kemungkinan karena itu sihir.
<E TLN: Raw-nya tidak dijelaskan, tapi sepertinya pintu ini berbeda dengan pintu yang disebutkan sebelumnya, pintu yang ada api unggunnya sepertinya itu pintu masuk.>
Aku melihat perban di lengan Pak Tua dan bertanya padanya.
"Apa lukamu baik-baik saja?"
"Ya, bukan masalah besar."
"Untuk jaga-jaga, aku akan menyembuhkanmu dengan sihir."
"Kamu bahkan bisa memakai sihir penyembuhan! Kamu terlalu luar biasa."
Aku mengabaikan Pak Tua yang terkejut dan dengan cepat merapal, <<Compete Recovery>> dan <<Detoxification>>.

Celica berseru, wow ketika melihat cahaya yang terpancar dari telapak tanganku.
"Aku yakin Keika-sama bisa melakukan apapun."
"Jangan mengandalkanku terlalu banyak oke"
"Yup, tapi itu berarti, aku akan bekerja keras untuk jadi berguna."
"Kalo begitu baca huruf-huruf di bawah api unggun sementara aku menyembuhkan pak tua."
"Aku mengerti."
Celica berbalik dan menuju ke api unggun itu sambil mengibaskan roknya.

Celica menengok ke belakang sambil berjongkok.
"Keika-sama, ini tertulis [ Nyalakan Lilin-lilin itu dengan api dari api unggun dan maju. Jika tidak, pintu hijau tidak akan terbuka.]
"Lilin?"
"Ada lima di belakang alas api unggun itu."
"Lima ya... Aku pikir itu bukan cadangan tapi kita harus menggunakannya semua."

Aku melangkah pada pijakan yang sempit di ruangan gelap itu.
Aku meletakkan tanganku di atas lubang terbuka.
WUUUUSH!
Hembusan angin bertiup, menghantam tanganku, mengibarkan lengan Wafuku-ku.
Apakah itu bertiup dari lubang di bawah? Tidak itu menghisap dengan sihir.

"Aku mengerti. Api akan padam jika kita tidak berjalan di atas pijakan sempit itu huh."
Aku mungkin bisa terseret ke bawah jika aku terbang di udara.

Aku berpikir.
Kamu tidak punya pilihan selain membawanya sambil berkonsentrasi. Sambil memperhatikan tangan dan kaki, dan tentu saja kamu juga harus waspada terhadap perangkap dan monster juga.
--Untuk mengurangi kekuatan mental huh. Sarafmu pasti akan turun dengan begini.

Celica berdiri dengan lilin tebal dengan panjang sekitar 20cm.
"Kali begitu Keika-sama, mari kita pergi ke depan. Karena ada lima lilin di sini, apa yang harus kita lakukan?"
"Aku akan membawa mereka semua."
"Eh!? Tapi kalau ada monster menyerang..."
"Aku akan melakukan ini --<<Floating Wind>>."
Fwosh, Lilin-lilin itu berpisah dari tangan Celica.
Lima lilin itu melayang dan bergerak menuju api unggun.
Mereka menyala dengan api hijau.

Mata biru Celica terbuka lebar.
"Keika-sama, kau menakjubkan. Ini pertama kalinya aku melihat sihir seperti ini."
"Begitu kah. Yah, aku pikir begitu."
Pada dasarnya aku memiliki lebih banyak Seni Dewa.--sihir ciptaanku sendiri dari pada sihir normal.
Bagaimana itu mungkin? --Karena aku seorang Dewa.

Namun, saat aku terbawa suasana, aku tiba-tiba merasa pusing.
"Uu."
Aku tetap berdiri meskipun kakiku terhuyung-huyung.
Celica berteriak dengan suara lantangnya.
"Keika-sama!?"
"Oy, ada apa Keika!"

Aku diserang oleh sensasi kehilangan kekuatan tubuhku.
Aku melihat ke api unggun dan lilin itu dengan <<Truth sight>> sekaligus.

【Bonfire of Green Flame】Kamu dapat ke lantai berikutnya dengan meletakkan api sihir ini di depan pintu lantai.
【Candle of Magic Vanish】Membuat api sihir terus menyala dengan mengkonsumsi kekuatan sihir pengguna. Api akan menjadi api normal jika kamu melepaskan tanganmu atau jika kekuatan sihirmu habis.

Tch, jadi ini tipe seperti itu!
Aku melihat ke tanganku sendiri.

--------------------
【Status】
Nama: Keika Hiko-no-Mikoto
【Parameters】
Vitality: 614,600
Willpower: 531,204/566,600

Attack: 102,220
Defense: 143,620
Magic Attack: 184,020
Magic Defense: 42,620
--------------------

MP-ku berkurang banyak!
Aku telah menggunakan banyak sihir dan terus menggunakan <<Truth Sight>> sehingga tidak akan aneh jika menurun 10,000 tapi ini terlalu banyak.

Aku membatalkan <<Floating Wind>> pada lilin kecuali satu.
Lilin-lilin itu jatuh di lantai. Api pada lilin yang masih menyala berubah menjadi berwarna oranye.
Aku terus menatap di statusku. MPlku menurun lagi.
Ini menjadi 53,0071. Sebesar 1133 terkonsumsi. 0.2% dari maksimal.
Mengambil semua lilin sekaligus berarti penurunan sebesar 1%, 5666. Tidak heran itu begitu instens.
Aku segera meletakkannya.

Rambut pirang panjang Celica berkibar saat itu bergegas ke lilin-lilin itu.
"Keika-sama ada apa?"
"Lilin ini mengkonsumsi kekuatan sihirmu. Terlebih lagi, mungkin ini sesuai rasio."
"Rasio!? Lalu itu berarti, orang yang memiliki kekuatan sihir yang besar akan kehilangan banyak?!"
"Itu benar... Celica, coba nyalakan satu dengan api itu."
"Baik."
Celica mengambil satu lilin dengan jarinya yang ramping dan bergerak menuju kobaran api di atas api unggun itu.
Api hijau langsung menyala.
Kekuatan sihir Celica adalah yang terendah di sini. Itu sebesar 165.

Celica, Pak tua dan aku menatap lilin yang dia pegang di depan dadanya.

Namun, kekuatan sihir Celica tidak menurun meskipun aku memperhatikannya.
Itu akhirnya menurun sekitar 1 setelah tiga menit.
--Jadi, itu benar-benar sesuai Rasio. 0.2% dari 165 itu 0.33.
Itu berkurang sebesar 0.2% dalam satu menit, dan setelah tiga menit, akhirnya mencapai nomor yang dapat diamati.

Aku memberinya perintah lain sambil mengangguk.
"Berikutnya Celica, nyalakan lilin lain dengan api pada lilin yang ada di tanganmu.""Eh..Ba-baik!"
Celica cepat paham, mengambil lilin lain dan menyalakannya dengan api hijau dari lilin pertama.

--Namun.
Lilin yang menyala dari api lilin lain memiliki api normal berwarna oranye.
"Api dari lilin lain tidak akan berwarna hijau huh."
"Sayang sekali..."
Celica terlihat kecewa dengan menurunkan bahunya.

Pak tua yang sedang menonton bicara.
"Karena Keika sepertinya memiliki banyak kekuatan sihir, kamu seharusnya tidak menggunakan mereka. Ada lima lilin, jadi pertama Celica membawa dua, dan dan aku satu. Setelah kami sampai di akhir dan kembali lagi, Celica dan aku lalu kan membawanya masing-masing satu. Kita harus melakukan dua kali perjalanan."

Aku melihat ke jalan sempit seperti ular di ruang gelap itu.
"Kita tidak bisa. Sepertinya itu akan memakan satu jam hanya untuk sekali jalan. Kita akan membuang tiga jam jika melakukannya bolak-balik."
"Lalu apa yang harus kita lakukan....?"
Celica tampak bingung, mata birunya berkabut dengan kecemasan. Rambut pirangnya berkilau oleh cahaya api hijau dari api unggun itu.



Aku menyeringai dan tertawa.
"Tentu saja kita akan mengakhiri ini hanya dalam sekali perjalanan! memangnya kita akan membuang-buang waktu di sini!"

Sebuah dungeon yang menguras kekuatan sihirmu setelah kekuatan fisikmu.
Dengan handal membunuh mangsanya setelah benar-benar melemahkan mereka.
Ini benar-benar ide yang licik dan menjijikkan.

--Jangan pikir aku akan melanjutkan seperti yang Raja Iblis bayangkan!

Wajah gagah Celica mengerutkan keningnya.
"Tapi bagaimana kita akan melakukannya?"
"Seperti ini."

Aku mengambil sebuah langkah besar menuju api unggun itu dan menarik Tachi-ku sambil berjalan.
"--<<Tempest Blade Grant>>."
Tachi itu terbalut dengan badai. Dan kemudian aku memegang Tachi tinggi-tinggi sambil menatap dengan Truth Sight.
Celica membuka bibir merahnya, tercengang.
"E-eeh?"
"O-oy, Keika, apa yang mau kamu lakukan?"
"Deyaa!"

ZUGAA--!

Penopang dari api unggun itu jatuh ke lantai.
Api unggun sihir itu miring.
Aku segera menyarungkan Tachiku dan menahan alas api unggun itu dengan kedua tangan.
"Ini sedikit berat."
Aku mengangkat alas dan api unggun itu yang bobotnya sekitar beberapa ratus kilogram.
Dan kemudian aku mengangkatnya dari lantai.

Celica terkejut sambil menempatkan tangannya di mulutnya.
"Ke-keika sama! Apa yang akan kamu lakukan dengan itu!"
"Apa yang kamu lakukan Keika! --Jangan bilang!"
Aku tertawa setelah meletakkan alas itu untuk sekarang.
"Jika melakukan perjalanan bolak-balik itu berat, lalu aku tinggal membawa api unggunnya. Selain itu, lihat. Apinya masih hijau jika kita membawanya dengan alasnya."
"I-itu cukup konyol...."
"Idemu tidak manusiawi, dalam arti yang baik. Itu di level Dewa atau Iblis tau..."
Keduanya mulai tersenyum bahkan ketika terlihat terkejut.

Aku menurunkan tasku dan mengangkat api unggun itu di bahuku.
"Aku akan di depan, Pak tua di belakangku. Berikutnya Pria besar. Celica akan jadi yang terakhir dengan lilin dan tasku."
"Aku mengerti."
"Oke"
Wajah mereka berdua mengencang setelah mereka sudah melakukan persiapan.
"Sekarang, mari kita pergi!"
Aku melangkah di jalan sempit di ruang itu sambil dengan kokoh membawa api unggun di bahuku.
















Facebook Twitter Google+

Comment Now

1 komentar:

  1. avatar tonski46_ says:

    baca judul kirain bakal gendong celica ..taunya gendong obor :3 oya min ini gak ada ilustrasi satupun kah ?selain cover ? :-/