Yuusha no Furi Chapter 18 (Bahasa Indonesia)

Chapter 18  Akhir dan Lapisia Study



Jangan lupa like fanspage kami untuk terus mengikuti update selanjutnya.



Ibukota kerajaan di sore hari. Pemandangan kota yang bermandikan merah sinar matahari.
Kami berdiri di lantai dua dari Tower of Trial.

Penonton memenuhi lapangan seperti taman publik menaikkan suara mereka.
"Oy, lihat itu!"
"Orang itu masih hidup!"

"Pak Tua juga!"
"Mantap! Aku menang banyak!"
Mereka sangat riang walaupun ini hanya kami yang menyelesaikan ujian.

Celica senyum dan berbisik di telingaku dengan bibir merahnya.
"Sekarang, Keika-sama. Silakan pergi ke atas."
"Yea."
Aku menaiki tangga dan pergi ke atap menara.

Satu pengawas dan tujuh calon pahlawan berdiri di sana.
Gaff terlihat seperti dia baru saja melihat hantu, mulutnya membuka dan menutup seperti ikan mas koki.
"A, Ka-kamu..."
Aku melihat ke Gaff sambil berjalan menuju ke pengawas.
"Yo. Wajahmu terlihat bodoh seperti biasanya."
"Uu!....Keh! Aku yang hebat akan mengahancurkanmu  dengan mudah."
"Aku menantikannya!"
Seringai, aku membuat senyum mengerikan.
Sebagian besar kesulitan yang kami lalui di dalam Tower of Trial disebabkan orang ini.
Aku tidak punya niat untuk memaafkan dia.

Pemeriksa mengatakan.
"Tiga menit tersisa. Nyaris saja. Kami mengakui calon Pahlawan Keika telah berhasil menyelesaikan Ujian dari [Keberanian].
OOOOOO!
Untuk beberapa alasan kami diberi ucapan selamat dengan sorak gembira. Tapi hanya sekitar setengah dari orang-orang.
"Sebuah kartu favorit tiba-tiba."
"Itu menarik!"
"Aku menang banyak!"
Aku bisa mendengar suara-suara seperti itu.

Dan kemudian matahari terbenam di ufuk barat.
Pengawas mulai bicara samar-samar.
"Kami akan mengumumkan hasil ujian dari [Keberanian]! Ada delapan orang yang berhasil. Turnamen akan dimulai dalam satu minggu, pertandingannya akan nomor 1 dan 8, nomor 2 dan 7, nomor 3 dan 6, nomor 4 dan 5, pemenangnya akan maju ke babak berikutnya. Itu semua, berikan tepuk tangan yang meriah untuk para Calon Pahlawan!"

Sebuah gemuruh tepuk tangan dan teriakan sukacita.
Lawan pertamaku adalah nomor 1.
Mencari itu, itu Gaff.

Kemudian kami pergi ke tangga lain di dinding luar menara.
Aku bertemu dengan seorang bawahan dari Gaff ketika aku akan kembali ke tempat Celica dan yang lainnya berada.

Pria dengan busur itu bergumam ketika dia melewatiku.
"Terima kasih."
"Hm?"
Aku berbalik tapi dia pergi menghindar.

Aku menuruni menara dengan Celica dan yang lainnya.
Dan kemudian, Minya datang menerobos kerumunan dan bergegas ke sini dengan ekornya yang berdiri.
Dia berlari ke arah ayahnya, tapi kemudian dia mengubah tujuannya ketika dia melihatku dan melompat.
"Keika-Oniichan....!"
"Oy,oy, ada apa. Aku baik-baik saja lihat?"

Dan kemudian penonton laki-laki memberitahuku.
"Siaranmu hilang di tengah jalan."
"Benarkah?"
"Kami pikir kalian semua sudah mati."
"Begitu ya, tidak heran Minya khawatir."
"Onii-chan.... Baik."
Sambil mengelus kepala Minya yang dengan erat memelukku menggunakan tubuhnya yang ramping, aku bertanya ke pria itu.
"Omong-omong, sejak kapan itu hilang?"
"Kupikir sekitar di lantai dua? Dan kemudian orang-orang mulai bertaruh apakah kamu masih hidup atau mati, itu jadi sangat besar."|
Begitu ya. Jadi karena kita membuatnya nyaris saja, orang-orang yang memenangkan taruhan merayakan dengan megah.

Pak Tua bicara.
"Lihatlah sekarang, Minya. Keika baik-baik saja, tapi dalam situasi begini, ayahmu i...."
"Ayah, aman."
Pak Tua yang dipotong oleh dua kata tenggelam.

Celica datang ke sampingku. Bergandengan tangan dengan Lapisia yang benar-benar tertutup oleh jubah.
"Nah sekarang, mari pergi dan istirahat."
"Benar. Perayaannya bisa menunggu besok. Lagipula aku lelah. Mari makan di suatu tempat dan pulang."
Telinga kucing Minya berdiri lurus mendengar itu. Dia mengangkat wajahnya saat masih memelukku.
"Aku membuat...makanan."
"Oh terima kasih. Lalu, mari kita kembali."
"Baik."
Kami pergi ke penginapan bersama dengan Minya.

Ucapan selamat dari warga kota membuatku merasa malu.
"Kamu hebat!", "Terus Berjuang!" "Buat aku menang banyak lagi lain kali!"
Aku melambaikan tanganku pada mereka sambil tersenyum kecut.

Kami makan malam sederhana di penginapan.
Sup dan sate ayam buatan Minya sedikit dingin, tapi mereka enak.

Setelah itu aku kembali ke kamar.
Celica dan Lapisia berada di dalam. Rambut biru Lapisia sangat panjang cukup untuk menyentuh lantai, tapi karena dia tidak mau memotongnya, itu di kuncir gaya twintail dengan benang.
Dia berputar putar di lantai seperti sedang menari.
Tampaknya dia merasakan bergerak dengan twin tail panjang menarik.

Aku bicara ke Celica yang sedang duduk di kasur di sampingku.
"Pertama, Celica, ajari Lapisia tentang sopan santun bicara."
"Baik, aku mengerti."
Namun, Lapisia mengayunkan tinjunya.
"Lapisia tidak ingin Belajar!"
"Aku sudah diminta oleh ibumu untuk mengurusmu, jadi aku benar-benar tidak bisa membiarkanmu melewati belajar. Seorang Dewa jadi bodoh itu di luar pertanyaan lagian."
"Tidak mungkin."
"Begitu ya. Lalu kamu bisa berhenti."
Lapisia terlihat bingung dengan pandangan kosong.
"Aku bisa?"
"Ya tentu saja. Tapi ketika Ibumu bangun, dia mungkin berubah menjadi roh pendendam lagi karena kekecewaan."
"NGGAAAAA!! Lapisia akan belajar!"
Mata lebar emasnya lembab dengan air mata, dia mulai menggigil.
--Aku melakukan sesuatu yang sedikit buruk. Sepertinya itu sedikit trauma untuknya.

Dan kemudian Celica mengulurkan tangannya dan mengelus kepala Lapisia yang gemetar.
"Lapisia-chan, kamu tidak akan menyukainya jika kamu menganggapnya itu belajar."
"Benarkah?"
"Mempelajari cara berperilaku, bagaimana membawa diri, dan memperoleh pengetahuan untuk menjadi wanita hebat. Lalu semua orang akan memujimu. Ibumu akan sangat senang ketika kamu bertemu dengannya. Bukankah kamu ingin dipuji Ibumu?"
"Aku ingin...Keika menyukai wanita hebat?"
"Ya, tentu saja aku suka. Itulah mengapa aku menyukai Celica."
Wajah Celica memerah seraya itu sedang terbakar.
"La-lalu, aku akan menjadi wanita yang hebat."
"Lapisia akan! Melampaui Celica!"
"Lakukan yang terbaik."
Mereka berdua mulai belajar tentang bahasa di meja.

Ya ampun.
Setelah semua yang dikatakan dan dilakukan, Celica adalah mantan putri. Dia mungkin makhluk sempurna untuk menjadi Wanita Hebat.
Bahkan, ada saat-saat aku mengagumi pembawaan dan perkataannya.
Aku benar-benar berpikir menyerahkan itu kepadanya akan baik-baik saja.
"Lalu aku akan pergi melihat Pak Tua sebentar."
"Ya, sampai jumpa."
"Sampe jumpa nano."
Aku meninggalkan ruangan itu dan pergi ke lantai pertama.

Hari ini tutup sementara.
Pak tua itu duduk di meja, minum beberapa alkohol.
"Mau minum?"
"Nanti saja, Aku masih punya beberapa urusan."
"Begitukah. Lalu urusanmu denganku?"
"Aku ingin konsultasi tentang Lapisia. Orang-orang akan curiga jika tiba-tiba ada seorang anak dengan kami. Aku ingin membuatnya diatur sebagai kerabat Pak Tua yang aku ambil alih."
"Tidak masalah. Semuanya OK untuk Keika."
"Maaf tentang itu. Aku sangat berterima kasih."
"Ou, serahkan padaku."
"Lalu aku akan pergi untuk mengurus satu lagi urusan."
"Entah apa itu, tapi hati-hati di luar sana."
Aku meninggalkan meja dan pergi ke luar.

Larut malam.
Sebuah pemandangan kota di mana lampu rumah mulai padam. Bahkan tidak ada bayangan di jalan batu.
Lampu jalan menyala satu demi satu.

Aku berbalik di kegelapan dan mengumumkan.
"Ayo keluar. Kamu sudah di sana sudah lama kan."
"Jadi kamu sadar.... sasuga."
Orang yang muncul dari kegelapan adalah bandit muda laki-laki. Salah satu bawahan Gaff. Dia memiliki busur dan anak panah di tangannya.

Aku bicara dengan tanganku di Tachi di pinggangku.
"Karena kamu tidak memiliki kesempatan untuk menang dalam turnamen, apa kamu berpikir untuk melakukan serangan mendadak dari kegelapan?"
"Tidak. Aku datang atas kemauanku sendiri. Aku ingin bicara denganmu."
"Aku tidak punya apapun untuk dibicarakan denganmu."
"Pertama, aku ingin memberikan terima kasihku. Terima kasih karena telah menyelamatkan adik perempuanku."
"Adik perempuan?"

Pria itu menggeleng ketika aku menanyakan itu.
Fwoosh, sayap transparan muncul di punggungnya.
"Kamu pasti tidak asing dengan ini."
"...Peri itu huh."
"Aku tahu dia dikurung di dalam Tower of Trial jadi aku mencarinya. Tapi aku tidak pernah bisa bertemu dengannya."
"Begitu ya. Itu sebabnya kamu menantangnya berkali-kali."

Dia menutup sayapnya.
"Bagaimana adikku?"
"Ah, dia mengharapkan perdamaian dunia sampai akhir. Lalu dia bereinkarnasi."
"Begitu... Terima kasih."
Pria itu membungkuk.

"Apakah itu satu-satunya alasan kamu ingin bertemu denganku?"
"Tidak. Panggil namaku jika kamu memiliki sesuatu urusan terkait dengan peri. Aku akan bekerja sama denganmu bahkan jika harus menukar hidupku. Namaku Majiria. Jika kamu memiliki Fairy Blessing, lalu panggil namaku melalui skill."
"Baiklah. Ada lagi?"
"...Gaff akan menggunakan taktik licik. Dia mungkin akan mengambil sandera."
"Begitu ya. Sepertinya cocok dengan apa uang dia pikirkan."
"Kamu sebaiknya menampung wanita dan anak-anak di tempat yang aman."

Aku bicara sambil mengelus daguku.
"Tidak... Sebaliknya, yakinkan mereka untuk menyandera Celica di kursi penonton."
"...Bukankah dia denganmu?"
"Persis karena itu."
Ini akan merepotkan jika aku melewatkan kesempatan ini.
Setelah aku sudah menjadi pahlawan, aku akan diizinkan untuk mengeksekusi atas kewenanganku, tapi itu tidak terjadi untuk saat ini.
Itu sebabnya aku akan mengatur situasi di mana itu adalah jelas pertahanan diri.

Pria itu menghela napas sambil menggelengkan kepala.
"Aku tidak tahui apa yang kamu pikirkan, tapi aku akan bekerja sama--lalu aku akan pegi."
"Ah, satu hal lagi. Mengapa kamu menjadi bandit?"
"Busur ini awalnya milik peri. Aku tidak bisa mendapatkannya kembali sendirian, jadi aku bergabung dengan grup dan menunggu kesempatanku. Itu saja. Aku ingin memberitahumu satu hal, aku tidak pernah membunuh siapa pun sejak aku menjadi bandit."
"Benarkah. Aku tidak peduli juga si.--Sampai jumpa."
"Aa, sampai ketemu lagi. Lakukan yang terbaik."
Aku berpisah dengan Majiria dan kembali ke penginapan.

Ketika aku memasuki ruangan, Lapisia sudah tidur di tempat tidur besar. Dia merenggangkan badannya. Tidur nyenyak.
Aku melihat Celica dengan terlihat menyalahkan.
"Bagaimana dengan belajarnya?"
"I-ini tidak seperti yang kamu pikirkan, kita sudah selesai dengan bagian hari ini."
"Ha?"
"Lapisia-chan sangat cerdas, dia dengan cepat mempelajari mereka gitu."
"Hou."
Tidak peduli bagaimana kamu melihatnya, tidak mungkin dia sepintar itu... aku berbalik ke Lapisia sambil memikirkannya.
Kalau dipikir-pikir aku belum melihat dia dengan <<Truth Sight>>.
Status Lapisia Muncul.

--------------------
【Status】
Nama: Lapisia
Gender: Perempuan
Usia : 257
Ras: Half-God
Job: Mother Earth God Lv 1
Class: Healer  God Art User
Element: 【Good Harvest】【Radiant Soil】【Sacred Ground】

【Parameter】
Strength: 30,000 (+0) Growth Limit ∞
Agility: 20,000 (+0) Growth Limit ∞
Magic: 100,000 (+0) Growth Limit ∞
Wisdom: 40,000 (+0) Growth Limit ∞
Luck: 999 (+0) Growth Limit ∞
Believer: 0

Vitality: 250,000
Willpower: 70,000

Attack: 30,000
Defense: 30,000
Magic Attack: 100,000
Magic Defense: 40,000

【Equipment】
Weapon: None
Armor: 【Silver Dress】 A dress filled with motherly love Defense X 1.5 【Nullify All Abnormal States】 【Recovery with Elapsed Time】
Accesory: Ring of the Earth
--------------------

Apa ini!
Dia lebih lemah dariku tapi... Kenapa Dewa punya level!
Maksudmu ini merupakan kombinasi dari nilai atribut dasar Dewa dan level up Manusia.

Dia cepat menyelesaikan belajarnya karena dia memiliki Wisdom 40.000.
Jika ini berlanjut, dia akan menjadi lebih kuat dariku... tohoho.

Aku hendak menjatuhkan bahuku tapi kemudian aku tersadar.
....Hm? Tapi karena dia setengah manusia, mungkinkah...!?

Aku melihat ke tanganku sendiri.



--------------------
【Status】
Nama: Keika Hiko-no-Mikoto
Gender: Pria
Age: ?
Race: Myriad Gods
Job: God
Class: Master Swordsman  God Monk
Element: 【Noble Wind】 【Clear Stream】 【Faint Gleam】

【Parameter】
Strength: 81,210 (+31,210)
Agility: 91,910 (+21,910)
Magic Attack: 192,110 (+102,110)
Wisdom: 61,410 (+41,410)
Believer: 5
--------------------

Wooo! Atribut Lapisia ditambahkan mentah-mentah padaku!!
Yah, biasanya Dewa tidak percaya kepada Dewa lain bahkan jika mereka bersama-sama.

Dengan kata lain, jika Lapisia tumbuh, aku juga akan jadi lebih kuat.
Attributnya terlihat seperti akan meningkat 10.000 - 20.000 setiap tingkat.
...Tapi ini adalah pertama kalinya aku melihat Lv pada Job bukan Class, aku bertanya-tanya bagaimana tingkat pertumbuhannya.
Nah, mari lihat perlahan.

Celica cemas memanggilku yang menyeringai sambil melihat tanganku sendiri.
"Um, Keika-sama...? Apakah kamu tidak apa jika kita istirahat sekarang?
"Benar, tunggu, kasurnya sudah diambil. Haruskah kita tidur di ruangan lain?"
"Hyaa... Tapi aku yakin tidak akan terjadi apa-apa. Aku tidak keberatan di mana kita akan tidur."
"Begitu kah. Kalau begitu mari kita tidur di kamar ini."
Aku mendekat ke kasur dan meletakkan si tidur songkrah Lapisia ke samping.
Dan aku membuat ruang untuk dua orang.
Aku berbaring di tengah.

"Mari tidur."
"Uu.. ini lebih dekat dari biasanya."
"Bagaimana lagi. Lapisia sudah tidur juga."
"Y-ya."
Celica gelisah, tapi dia pergi ke sampingku setelah melepaskan armor dan tunicnya.
Ketika wajah kami bertemu, napas kami berpapasan. Melihat mata birunya sedekat ini, bulu matanya sangat panjang.

"Lalu, oyasumi."
"Oyasumi, Keika-sama."
Setelah mengatakan itu, Celica menekan wajahnya di badanku. Aku bisa mencium aroma sperti bunga dari rambut pirangnya.
"Celica?"
"Zzzzz."
"Jangan katakan itu dengan keras."
"Fuhn.zzzz."
Suara marah dan manja. Karena itu entah bagaimana lucu, aku memeluk badannya dengan erat.
Sensasi payudara lembut menekan.
Dan kemudian, Tubuh Celica terkejut.
"Hyaa."
Tepat setelah dia berteriak, tubuhnya melemas.
Aku tidak benar-benar mengerti, tapi sepertinya dia sedang tidur.
Karena aku juga sudah menumpuk kelelahanku hari ini, aku tidur dengan keadaan begini.










Facebook Twitter Google+

Comment Now

1 komentar: