Yuusha no Furi Chapter 5 (Bahasa Indonesia)

Chapter 5 Perubahan Kebulatan Tekad




Di bawah langit malam yang dihiasi dengan bintang-bintang yang berserakan.
Aku berlari di jalur menuju dataran selatan.
Untuk menghindari pengejaran warga desa sambil menuju ibu kota kerajaan.


Aku mungkin bisa melarikan diri dengan aman pada kecepatan ini.
Paling buruknya, aku bisa saja memakai sihir untuk mempercepat kakiku.
Namun, aku tidak bisa menyangkal kemungkinan untuk diperlakukan seperti monster ketimbang manusia.
Aku tidak akan bisa menjadi Hero jika itu terjadi.

Aku berlari melewati dataran. Kita sudah lumayan jauh dari desa.
Aku pikir warga desa tidak akan tahu kemana aku lari karena tidak ada sinar bulan, namun warga desa berlari tepat ke arahku.
Pria yang memimpin mereka menunggangi seekor Hewan. Aku pikir itu kuda, tapi itu lebih mirip babi dengan kaki yang panjang.
Orang itu mengejar mengandalkan penciuman hidung babi itu.

Mereka semakin mendekat dengan cepat.
-- Makhluk yang merepotkan. Lariku sudah cepat, Aku tidak bisa kabur dengan kecepatan orang biasa.

Walaupun ada dua kuda babi sekarang, warga desa yang mengejar kami dengan berlari mulai tumbang satu demi satu karena kelelahan.
Ooh, situasi seperti ini, kesempatan.

Aku memutuskan.
--Baiklah, aku akan mengalahkan orang yang menunggangi kuda babi.
Lalu kami akan mencapai ibu kota dengan nyaman di atas kuda babi itu dan mengembalikannya ke desa dengan sihir.
Aku juga mulai lelah berlari, ini ide bagus.

Hatiku menjadi lebih ringan ketika aku memutuskan itu.
Aku berlari di dataran ke arah selatan menuju ibu kota kerajaan.

Warga desa di atas kuda babi terus mengejar
Kadang berteriak “Berhenti!” atau “Jangan kabur” tetapi aku mengabaikannya.

Sekitar 30 menit berlalu sejak itu.
Hanya tinggal kuda babi yang tersisa. Sekitar beberapa ratus meter di belakang.

--Harusnya sudah tidak apa-apa sekarang.
Aku berhenti, Aku menurunkan barang bawaanku.
Berjongkok dan membaringkan Celica di tanah.
Kemudian bangun dengan menggunakan Geta-ku.
Lalu aku berjalan dengan langkah kaki yang pelan menuju kudababi yang berlari.
Waifuku-ku berkibar, Geta-ku berdetak.
Ketika mereka mendekati sekitar belasan meter, sosok warga desa di atas kuda babi dapat terlihat dengan mataku.
Mereka hanya menggunakan peralatan tali dan pisau, sepertinya tanpa pedang atau armor.
--Beruntung.
Dengan begini, bahkan tidak perlu menggunakan tachi.
Aku mengepalkan tanganku dan menjentikan jariku.

Warga desa berteriak sambil mendekat.
“Dasar Sinner, Bersiaplah!”
“Kamu tidak bisa kabur lagi! --Uwaaah!“
Tiba-tiba, satu dari warga desa terpental di udara. Jatuh terjungkal dan berhenti bergerak.
Lalu dua kudababi itu jatuh ke tanah.
Warga desa satunya terlempar dan berguling di atas tanah.
Aku berteriak terkejut secara refleks.
“Apa !?”
Aku memandang dengan keras. Sesuatu yang hitam di dalam kegelapan... Cacing tanah kah?

Warga desa yang terjatuh ridak bisa bangun, berteriak sambil meringsut mundur.
“Itu Go- Ghoul Woooorm”
Cacing tanah itu mengangkat tinggi kepalanya. Diameternya sebesar sebuah tanker. Panjangnya sekitar 30 meter. Mulut bulat di ujung kepalanya memiliki gigi setajam pusau berjejeran.
Aku menyipitkan mataku dan memandanginya. --<<Truth Sight>>

--------------------
【Status】
Nama          :Ghoul Worm
Atribution :【Earth】【Darkness】

Attack                                      :0300
Defense                                   :0400
Vitallity                                   :1000
Self-Regeneration               :1000

【Skill】
Swallowing :Menelan sekaligus seorang musuh
Pulverize     :Menyembunyikan dan elumat Batu dan Armor.
Bend Over  :Menyerang dengan badan. Ranged Attack.
--------------------

Tidak hanya kuat, sepertinya level regenerasinya level atas.
Cukup merepotkan.
--Yah, bagiku itu hanya seperti konjac.

Sambil menarik keluar Tachi-ku, aku merendahkannya sambil berlari.

Ghoul Worm itu menjulurkan kepalanya mengincar warga desa yang merangkak. [Swallowing] huh!
“Uwa-a-a!”
Warga desa itu memejamkan matanya dan menutupi kepalanya.
“Deyaa!”
Aku mengayunkan pedangku secara diagonal.
Satu tebasan--!!

Zuan!

Aku memotong kepala Ghoul Worm itu.
Dengan tekanannya, kepala Ghoulworm itu melayang dan badannya juga terpental ke belakang.

Warga desa itu membuka matanya dengan terkejut.
"Apa, Apa yang kau lakukan, kamu tidak bisa mengalahkanya begitu!”
"Apa!?"

Badan Ghoulworm itu seperti akan berdiri lagi.
Gelembung-gelembung daging hitam menutupi lukanya, membesar.
Dengan cepat dia menumbuhkan kepalanya kembali.

Dengan cara yang sama, kepalanya yang terpental di sisi lain menumbuhkan badannya.
Kekuatan regenerasi yang menyeramkan. Apakah itu bukan penyembuhan?
Terlebih lagi, Aku tidak merasakan kekuatan sihir. Sepertinya kekuatan regenerasinya seperti makhluk biasa. Aneh

“Tingkat ini bukan lagi regenerasi, ini… bagaimana cara kalian mengalahkanya?”
“Serang dia dengan api! Kita harus membakarnya dengan sihir Api!”
“Begitu ya”
Aku mengangkat Tachi-ku.

Warga desa meninggikan suaranya ketika mereka melihatnya
“Apa yang kamu lakukan, kamu! Kamu tidak bisa membunuhnya dengan sebuah pedang -”
“ Diam sebentar… Kilasan Phosphoresce Patuhlah atas namaku, Berkumpulah kilauan gelombang cahaya yang mengkomposisi ulang segala sesuatu yang melewatinya !”
--<<Photon Conversion>>
Bilah Taci-ku terbungkus oleh cahaya ungu muda.

Ghoulworm itu menatapku dan mengarahkan mulut yang penuh gigi tajamnya ke arahku.
“KISHAAAAAAA!!”
"Makhluk ini menyalak sebelum menyerang."
"SHAAAA"
Ghoul Worm itu mendorong kepalanya sambil mengeluarkan nafasnya dengan keras.

"Hmph!"
Aku mengayunkan Tachi-ku. Sementara meninggalkan cahaya redup, Ghoul Worm itu teriris menjadi dua dari kepala sampai tubuhnya. Phosphiresce violet bertaburan di sekitarnya.

Warga desa yang sedang menonton di belakang merasa jengkel.
"Pedang itu tidak berguna..... Kamu harus membakarnya dengan lebih panas. Lihat."

Ghoul Worm yang disebutnya itu gemetar saat itu juga. Gelembung dagingnya, menutup lukanya --itu tetap bergelembung.
Warga desa itu menatap heran.
"A-apa!?"

Dagingnya membengkak dengan suara gelembung yang menjijikan. Itu membengkak menjadi seperti gunung, dan tubuhnya yang normal berubah menjadi gumpalan daging.
"kisheeee....."
Ghoul Wourm itu memelintir tubuhnya.
Kepala daging besarnya menggembung, dan kemudian berhenti bergerak.
Gunungan gumpalan daging hitam di tanah menghilang sambil mengeluarkan asap seperti menguap.

Warga desa itu bertanya sambil gemetaran.
"Ka-kamu. Apa yang kamu lakukan....?"
"Apa. Ini tumor. Kekuatan meregenerasi dirinya terlalu tinggi, jadi aku hanya memecah gen-nya sedikit."
"Tu-tumor?"
"Yah itu seperti regenerasi daging yang tidak ada habisnya, bahkan mengubah otak dan syaraf menjadi daging, apa kamu bisa paham?"
Lebih tepatnya, aku hanya memandikannya dengan sinar ultraviolet. Ini tidak efektif terhadap makhluk normal, tapi itu langkah yang tepat melawan kekuatan regenerasi seperti itu.

"....Aku tidak benar-benar mengerti, tapi kmu' mengagumkan -aa!!"
Warga desa itu mengalihkan perhatiannya ke sisi yang berlawanan. Ghoul Worm yang beregenerasi dari kepalanya mulai bergerak.
Merangkak di tanah.

"Kurasa akan lebih baik jika aku mengurus yang satu itu juga."
Aku dengan cepat mendekatinya dan membunuhnya seperti yang satunya.

Kemudian aku kembali ke warga desa yang telah menenangkan diri. Warga desa yang satunya masih belum sadar.
"Nah. Aku sudah menyelamatkan hidupmu. Mengerti?"
"Y-ya."
"Tentu saja kamu juga paham kekuatanku bukan?"
"Te-tentu saja"
Warga desa itu menggosok tangganya sambil tertawa sembrono.

--Uwaa. Orang ini jelas sekali tidak bisa dipercaya.

Dia mungkin akan kembali dan mengucapkan segala sesuatau yang akan merugikanku.
Namun, jika aku harus membunuhnya agar dia tidak bisa kembali.
Seorang pembunuh tidak bisa menjadi seorang Hero.



Malam semakin dalam, rumput di tanah bergoyang.
Haa. Aku menghela nafas dan mengambil ranting di atas tanah.
Lalu aku mencabut rumput dengan tangkai yang terlihat kuat.
Dengan pelan aku merapalkan mantra pada tangkai itu.
"Angin yang lemah lembut patuhi namaku segel bilah penotong di sini -<<Gale Wind Blade>>"
Lalu aku mengikat ranting itu dengan tangkai tadi.

Aku mendekatkanya di depan warga desa itu.
"Coba lepaskan rumput di ranting ini."
"Hee....Uwaah!"
Angin kencang terbentuk saat ia melepaskan ikatan rumput itu, kemudian ranting itu terpotong.

Aku menarik rumput lain.
Dengan senyuman ramah di wajahku, aku menarik lengan warga desa itu.
Warga desa yang tercengang menunjukan wajah kejang.
"O-oy, jangan bilang!"
Saat dia mencoba untuk kabur, aku mengikat batang rumput pada pergelangan orang itu.

Wajah warga desa itu berubah seperti dia akan menangis.
"Uwaaaaa! Apa yang telah kamu lakukan!"

Aku meletakan tanganku di bahu pria itu dan mendekatinya.
"Ketika itu dipotong, dibuka, dan kamu mengatakan sesuatu yang tidak menguntungkanku, itu akan menyobekmu. Itu saja."
"A-Apa yang aku harus lakukan?"
"Kamu tidak perlu berbuat apapun. Kamu tinggal kembali. Tapi katakan ini kepada kepala desa "Sinner dan pria itu telah ditelan oleh Ghoul Worm. Aku lolos dengan hidup karena cacing itu mengejar kuda babi yang lari."  Aku dan Sinner itu mati Oke"
"Ba-baik, tapi apa itu kuda babi?"
"Ah, binatang yang kamu tunggangi."
"Maksudmu Kuda Bu"
"Ya itu. Aku akan meminjam satu Kuda Bu karena kamu punya dua. Mereka akan tahu kamu berbohong jika kamu membawanya. Aku akan mengembalikannya nanti, kamu tidak akan rugi apapun."
"Baik"
Pria itu mengangguk patuh.
--Baiklah, dengan begini kami mendapatkan keamanan kita dan kendaraan yang berarti.

Aku menegaskan sekali lagi.
"Nah, apa yang harus kamu katakan tadi? Coba ulangi. Jika tidak pergelangan tangan--"
"A-aku bicara! Pria dan pendosa ditelan oleh Worm Ghoul. Kami selamat karena dia mengejar Kuda Bu setelah itu. Itu cukup baik kan? .... Kapan kamu akan melepaskan rumput ini?"

Aku bicara sambil mengusap daguku.
"Aku akan mengikuti tes dan menjadi seorang Hero. Setelah itu aku harus memberikan rasa terima kasihku kepada desa. Sekitar satu bulan lagi."
"Ka-kamu mau menjadi Hero huh.... Yah, mungkin itu akan terjadi."
Warga desa itu mengatakannya setelah melirik Worm Ghoul yang menghilang menjadi asap.

Untuk saat ini, aku akan membohonginya.
"Sebenarnya, Sinner itu. Menjadi seorang Sinner karena ketidak sengajaan."
"Eh?"
"Kami akan pergi ke ibu kota kerajaan dalam rangka untuk memperbaiki itu juga."
"Apakah hal seperti itu mungkin."
"Ini dibuat oleh manusia. Semua orang membuat kesalahan."
"A-Aku mengerti..."
Warga desa mengangguk dengan pikirannya.
Sepertinya dia berpikir betapa mengungtungkannya jika dia bekerja sama denganku.

Lalu dia menatapku dan bicara.
"Baiklah. Aku akan bekerja sama denganmu. Aku Balley. Kamu dapat mempercayaiku."
"Benarkah. Balley. Terima kasih. Aku akan pergi menemuimu ketika aku sudah menjadi Hero. Jangan lepaskan rumputnya sampai saat itu."

"Yah aku tahu."


Setelah itu, Balley meletakan pria yang pingsan di salah satu Kuda Bu dan kembali.

Yah, karena dari awal aku tidak meletakan mantra di pergelangannya, itu akan baik-baik saja jika dia melepaskan ikatan itu.

Aku harus membuat asuransi di dunia lain ini di mana Celica satu-satunya sekutuku.


"Lalu sekarang."

Aku kembali ke Celica yang berbaring di tanah.

Bahkan dengan pertempuran yang intens begitu, ia tidur dengan damainya seperti itu bukan urusannya sama sekali.


Haaa, aku menghela napas panjang.

-- Mungkin aku akan melalui hal yang sama lagi jika aku membawanya bersamaku.

Tetapi, permohonan Celica adalah "Selamatkanlah aku. Aku masih ingin hidup.", aku bersumpah untuk mengabulkannya dan aku harus melindungi sumpah itu sebagai dewa. Ini menjadi merepotkan.

Atau lebih tepatnya, ini aneh bahwa status Sinner-nya belum ketahuan sampai di usianya saat ini.


Mengesampingkan itu, apa yang harus aku lakukan.

Haruskah aku menghapus status Sinner itu? Tapi.

Tidak seperti 【Abnormal Status】misalnya Gene Remodeling, 【Mengubah】sesuatu yang telah dianggap berasal dari dewa akan bertentangan dengan Dewa di dunia ini.

Itu akan baik-baik saja selama itu tidak ketahuan, tapi jika memungkinkan aku ingin menghindarinya.


Dari awal, mungkin wajah Celica dan namanya telah dikenal oleh negara.

Menurut apa yang kudengar, setelah seseoang menjadi Hero, dia dapat memilih apa yang akan dia lakukan dengan Sinner atas kebijakanya.


Lalu, aku mungkin harus menyamarkan dirinya sampai saat itu?


Aku meandang Celica.

Rok merah dan jas putih. Lengan ramping seperti boneka. Payudaranya yang besar bergerak naik turun.

Bulu mata panjang, pipi lembut. Rambut pirang bergelombang, dan kulit putih yang terlihat seperti bersinar di kegelapan malam.

...Dia cantik. Akan jadi mubazir jika menyembunyikannya.

Selain itu, Celica terlihat paling cerah bagiku ketika dia bersikap secara biasanya. Aku ingin dia bebas.


--Tidak ada pilihan lain selain melakukanya huh.

Dewa dari dunia ini, Aku menanggung semua dosanya.

Oleh sebab itu, jangan hukum dia.


Aku berlutut dengan satu kaki di samping Celica yang berbaring di tanah. Aku meletakan tanganku di dahi luar biasa-nya. Aku meletakan tangan yang satunya langsung pada tubuhnya dari celah pakaiannya. Kelembutan yang tidak dapat dipercaya dari payudara yang besar dan suhu tubuh yang hangat ditransmisikan ke tanganku.


"--<<Truth Sight>>"

Aku memanggil balik status Celica.

Dan kemudian aku mengutak-atiknya sambil meraih payudara besar itu.

--------------------
【Status】
Namea : Celica Elde [Rem Adelstein]
Gender : Wanita
Usia       : 17 tahun
Ras         : Manusia
Job          : Merchant [(====)]
Class      : Knight Lv 5 [===== Lv 17]
Element: 【Water】 [Light]
--------------------

Modifikasi, selesai.

Celica masih tertidur dengan damai meskipun tubuh halusnya telah diraba.


Omong-omong, aku sudah membuatnya agar isi di dalam [] hanya dapat dilihat olehku saja.

Itu akan buruk jika aku melakukan kesalahan ketiika aku mengembalikannya setelah menjadi Hero.

Tapi yah, dengan perubahan sebanyak ini, aku tidak bisa membuat alasan apapun kepada dewa di dinia ini jika mereka mengetahuinya.

Mereka pasti akan membunuhku.


--Itu tidak apa-apa bagiku, aku sudah memutuskan.


Aku pasti akan melindungi Celica.

Karena segala sesuatau akan berjalan dengan baik selama aku menjadi seorang Hero--!


Aku meletakan barang bawaan kami di atas Kuda Bu, dan aku duduk di sadel dengan Celica di pelukanku.
Dia terasa lembut dan sangat ringan di lenganku.
Pada saat itu, angin bertiup. Mengibar rambutnya sambil menggoyang rumput di tanah.

Aku perlahan maju menuju ibukota kerajaan.






Facebook Twitter Google+

Comment Now

2 komentar