Youhei-dan no Ryouriban – Chapter 6 Bahasa Indonesia

Chapter 6 - Kesepakatan Horse Mackerel Goreng (Part 2)


Pedang yang baik. Jika kau ayun pedangnya, hatinya menghilang, ini tepat untuk mengumpulkan konsentrasi.
Bahkan ketika aku menghadapi musuh, aku memotongnya dengan segenap hatiku. Bahkan terhadap pencuri.

Duniaku memiliki musuh, kawan, dan pedang.

Kesederhanaan semacam ini itu bagus.

Aku Cougar. Komandan infanteri dari mercenary corp.


Infanteri-ku dikumpulkan dari orang-orang yang tidak bisa melakukan apapun selain bertarung lalu bertarung lagi.

Menggunakan pedang, tombak, dan peralatan.
Mengumpulkan orang-orang yang terampil sampai yang membanggakan kekuatan mereka, kita mencari cara untuk memusnahkan musuh.

Maju terdepan di lini depan dan merobohkan musuh. Membuka jalan untuk orang-orang di belakang kami. Itu tugas kamu. Ini kebanggaan kami.

Aku tidak menggunakan peralatan. Ataupun tombak. Aku hanya menggunakan pedang dua tangan.

Aku tidak punya hubungan dengan tombak, busur, sihir atau peralatan sihir. Aku hanya menggunakan satu pedang untuk mengalahkan musuh.

Namun baru-baru ini tidak seperti begitu.

Riru-chan. Bakat anak itu telah mekar.

Tiga penemuannya bahkan telah disusun untuk pasukanku yang telah beradaptasi dengan cepat. Melakukan ini, kami sudah mampu untuk mengalahkan musuh lebih banyak. Omong-omong, bawahanku senang dengan hal ini.

Tapi kemudian, itu tidak berbeda dari para insinyur sihir, kan?

Kebanggaan kami datang dari mengalahkan musuh dengan senjata kami. Tapi tidak melakukan itu baik-baik saja dengan caranya sendiri, itulah yang mulai kupikirkan.

Itu tidak bagus.

Kami bertempur di garis depan. Tapi bukan itu saja. The Shingari (mereka yang menahan musuh di paling belakang zona mundur) di zona mundur juga tidak bisa diatur. Pada saat itu, apa kita bisa meninggalkan peralatan itu?

Kami tidak bisa. Dari awal, dengan ketegasan semacam itu harusnya tidak perlu untuk mundur.

Tapi, aku tidak bisa membujuk mereka lagi.

Tentu saja mereka yang memahami pentingnya pedang juga ada. Namun kebanyakan dari mereka bergantung pada peralatan Riru-chan.

Jika itu nyaman bahkan aku akan menggunakannya.

Tapi aku sebuah perisai. Tidak ada gunanya jika perisai bergantung pada aksesoris.

Awalnya aku tinggal di daerah kumuh.

Dalam lingkungan yang kotor bersama dengan Ganglabe dan yang lain, kita bertahan dengan satu sama lain.

Pada saat itu , aku selalu menggenggam tongkat kayu dan besi maju paling depan sampai ke garis musuh. Bahkan ketika kami kabur aku yang paling jauh di belakang menahan musuh.

Ini mungkin karena itu. Aku memiliki cukup keyakinan dengan pedangku.

Tapi, aku masih tidak bisa menang melawan Ganglabe.

Si jenius itu, teknik pedang yang kupelajari dengan menghabiskan sebagian besar hidupku, mempelajarinya hanya dalam waktu singkat.

Tapi Ganglabe sudah menjadi seorang komandan. Tidak ada alasan baginya untuk pergi ke garis depan.

Aku menyerang jauh terdepan, mendekorasi jalan orang itu menuju ke panggung.

Namun, skill ku dengan pedang juga menjadi lebih sulit untuk ditingkatkan.

Kecepatan dan berat pedang juga.

Ini mungkin batas dari bakatku.

Tapi, aku sadar di suatu malam.

Aku harus menempa pedangku sendiri.

Dari teknik yang tentara miliki dan ambil sampai sekarang, menjadi teknikku sendiri.

Suatu malam aku bergegas keluar setelah mendengar pendapat seorang bawahan.

Aku tidak ingin mendengar bagaimana orang-orang idiot yang selalu mengandalkan permata pembakar menyarankan bagaimana mereka berlatih dan hanya bergegas keluar.

Pergi ke hutan, tanpa sadar aku mengeluarkan pedangku ketika aku mencapai area terbuka.

Itu menjadi seperti ini selama bertahun-tahun, di depan mataku, tubuhku terus berlatih.

Tidak memiliki sihir, aku terus berlatih melawan musuh menyadari batas dari konsentrasiku.

Aku menyebutnya latihan bayangan.

Aku melintasi banyak pedang seperti itu.

.....Tidak.

Seperti yang kupikir, pedang idealku pasti akan cacat dengan tujuan yang tidak bisa aku capai.

Pada saat itu aku merasakan kehadiran seseorang dari hutan.

"Siapa itu, orang di sana"

Aku mencoba memanggil dan seorang pria keluar dari bawah bayangan pepohonan.

Dan dengan wajah yang tampak canggung.

"Ma-maaf"

"Ah, Shuri. Jangan mengagetkan ku"

Shuri si juru masak.

Orang aneh yang baru-baru ini Ganglabe rekomendasikan dan rekrut ke dalam pasukan.

Memang benar bahwa baru-baru ini rasa makanan jadi enak, dan itu bagus untuk kondisi tubuhku.

Tapi kenapa orang ini di sini.

"Ada apa? Ini sudah sangat larut malam."

"Yah, ko tau. ini keterpurukan."

Untuk beberapa alasan, aku mengatakannya pada orang ini.

Aku belum memberitahu siapapun dengan jujur tentang masalahku. Mengatakan sesuatu seperti merasakan batas dari bakatku, aku tidak bisa mengeluh bahkan jika aku dilempar keluar dari pasukan.

Tapi bisa membicarakannya sekarang membuatku merasa senang.

Menyarungkan pedangku aku duduk dengan depresi.

"keterpurukan, bukan?"

"Yah. Baru-baru ini Riru-chan telah mencoba begitu keras kan? Membuat benda-benda keren, berkontribusi dalam pertempuran. Tapi aku tidak pintar dalam hal lain selain mengayunkan pedangku. Dengan bakatku, mungkin ini batasnya."

Mengatakan sendiri jika aku sedang depresi.

Ini tidak seperti aku cemburu pada Riru-chan. Tapi aku iri.

Dan pasukanku juga mulai lelah dengan seseorang sepertiku.

"Tolong jangan membicarakan sesuatu hal yang menyedihkan seperti bakat"

"Hn?"

"Aku, juga tidak punya bakat.
Meskipun begitu, aku memberikan segala upaya, mendapatkan banyak pengetahuan dan pengalaman dan entah bagaimana menambahkannya ke dalam teknik yang sudah aku punya.
Cougar-san, Kamu menggunakan pedang dengan indah. Ini bukan kemerosotan, Kamu baru saja menghadapi rintangan."

Aku merasa seperti air mata akan keluar.

Dia bilang itu indah, pedang pembunuh ini.

Meskipun itu tidak indah, meskipun itu berlumuran darah.

Tidak, itu pedang yang mengayun untuk menyelamatkan rekanku.

Mungkin itu aku yang tidak bisa menyadarinya.

Memuji pedang yang telah dipakai demi kepentingan rekan-rekanku.

Aku mungkin tidak bisa mempercayainya.

Aku berpikir sesaat aku membuang pandanganku agar dia tidak bisa melihat air mataku.

Sebuah rintangan ya. Aku harus melewati rintangan itu ya.

"Sebuah rintangan...huh"

Rintangan atas batas bakatku, aku harus terus berlatih untuk menjadi lebih hebat.

"Ka-kamu mungkin lapar. Aku akan membuatkan beberapa makan malam."

"Apa itu tidak apa-apa?"

"Jika aku memberikan makanan kepada 0rang yang bekerja keras, Ganglabe-san tidak akan marah"

Keika dia menyebutkan nama Ganglabe aku melompat.

Aku baru sadar, tapi di mana Ganglabe?

Itukah kenapa orang ini menyemangatiku, memotivasiku dengan kata-kata itu.

....Orang itu, bertindak perhatian pada saat seperti ini.

Tidak peduli tentang kondisi mentalku, Shuri datang membawa Horse Mackerel, minyak dan beberapa jenis pepper.

Kuning-kuning apa itu, benda lengket?

Aku memikirkan itu sekarang, sebelum ketika Shuri memasukan telur dan minyak dan rempah dan mencampurnya bersama, ini juga ada di sana.

Aku ingin lalu tahu apa yang dia butuhkan dari itu? Ah, kupikir lagi aku mengabaikannya, itulah aku.

Shuri menggoreng Sanshou (lada jepang) dan segera meremuk remah-remah roti menjadi potongan-potongan kecil dan memasukannya.

Menyiapkan ikan dengan indah, memasukan lada itu, mencelupkannya ke dalam remah roti dan talur kemudian memasukannya ke dalam minyak.

"Terlihat lezat"

Itu mempunyai aroma yang hebat.

Aroma sedap ikan segar yang digoreng ke dalam minyak itu sangat menarik.

Aku awalnya menyukai ikan sampai mati tapi, aku memiliki rasa yang lebih kuat juga bagus.

"Ini pedas (Pirikara)"

Pirikara?

Mungkin maksud dia ini sedikit pedas.

Dan kemudian Shuri mengeluarkan horse mackarel, memberikannya kepadaku dengan sesuatu yang berwarna kuning.

Apakah disana ada sesuatu yang kuning?

Aku merasa ini akan baik-baik saja seperti itu dan masakan orang ini sangat lezat, aku tahu itu, jadi tanpa peduli aku menjejalkannya ke mulutku.

Pertama, renyah.

Kemudian, menjadi lembut.

Itu adalah pengalaman makan yang aneh. Saat menggigit itu renyah tetapi dalamnya menjadi lembut dan rasa gurih dan aroma menyebar di dalam mulutku.

Aku bahkan tidak tahu jika rasa ikan bisa begini di dalam mulutku.

Ringan dan berat. Kombinasi yang seharusnya tidak cocok menjadi sempurna dalam harmoni.

Lalu benda kuning ini. Ini tidak tertahankan.

Itu asam tetapi bukan asam yang buruk.

Asam dan lezat, rasanya sangat kentara tanpa menggangu rasa mackerel itu.

"Ohh! Renyah dan lembut. Bahkan memiliki rasa manis dan asam!"

Itu benar, rasanya juga enak.

Aroma lada masuk ke hidungku sebagai aftertaste, begitu menyegarkan.

Itu sedikit pedas seperti katanya tapi, tidak ada yang menahan.

"Persiapkan ikannya dilakukan dengan cukup baik yah"

Aku bertanya dengan biasa sambil mengambil horse mackerel ke dan memasukkannya ke dalam mulutku.

Ini tidak mempunyati tukang dan indah dipandang mata.

"Aku mengirisnya perlahan dengan pisau di bagian yang lembut"

Di titik yang lembut. Mengiris perlahan.

Dengan kata-kata itu aku merasakan sebuah wahyu ilahi.

Itu benar, tidak mungkin aku bisa hanya menyalin apapun yang Ganglabe, si pria besar itu lakukan.

Tidak mungkin aku memiliki jumlah kekuatan yang dia miliki. Selalu bertarung dengan terampil.

Bertarung, mengalahkan mereka melalui celah armor mereka.

Tapi, itu saja tidak baik.

Celah di armor, "titik lembut" di celah pertahanan.

Dan kemudian, celah kesadaran mereka. Jika kita menambahkan ini maka ini bagus.

Jika diserang di sana, kamu dapat menembusnya bahkan dengan sebuah irisan. Tidak perlu untuk memotongnya dengan kekuatan.

Aku mencoba bertanya Shuri apa itu bakat.

Kemudian orang itu menjawab setelah beberapa berpikir khawatir.

"Hmmm yah, bukankah itu sesuatu yang kamu sadari? Sesuatu seperti mencatat point di mana yang orang lain lakukan dengan baik, lakukan dengan buruk, lalu membuat point di mana mereka unggul dan membuatnya menjadi milikmu sendiri.

Itu sepertinya di sebut Shuhari (Fundamental). Mereka membentuk keseluruhan seni bela diri. Menjaga bentuk asli dengan Shu, kemudian memecah dan berinovasi dengan Ha, akhirnya dengan Ri kamu melepasakan diri dari Shu dan Han dan membuat sesuatu yang benar-benar milikmu sendiri."

(TL: https://en.wikipedia.org/wiki/Shuhari)

Shuhari. Ini adalah pertama kalinya aku mendengar hal ini.

Jadi begitu ya. Aku harus menghancurkan cangkangku dan memulai baru.

Maka aku harus mencari petunjuk.

Setelah berpisah dari Shuri aku hanya melanjutkan latihan bayanganku.

Aku mahir dalam latihan bayangan sampai ke level yang menakutkan.

Aku menjadi seperti pecundang yang menyedihkan saat itu, tetapi dengan cepat rasanya seperti aku bisa menang lagi.

Tentu saja, tidak mungkin aku berencana membuang kekuatan pedang.

Itu hanya seperti aku mendapatkan pedang baru.

Jika kekuatan pedang dinamakan "Gouken" alu mari kita sebut teknik pedang "Juuken"

Sekali lagi dengan satu langkah ini aku merasa seperti aku telah mendapatkan sepuluh langkah yang lebih kuat.

Pertempuran setelah itu, aku menampilkan Juuken-ku dan Gouken di depan mereka yang mengandalkan peralatan seperti biasa.

Ketika aku datang, tidak ada musuh di sekitarku. Sepertinya semua orang hanya bisa mengelilingiku dari kejauhan karena kekuatanku.

Juga memenangkan pertempuran, juga mendapatkan uang~

Setelah itu, bawahanku meminta maaf kepadaku dan memintaku untuk mengajarkan mereka berpedang.

Tentu saja aku mengerti jika mereka kembali ke kendaliku.

Bagaimanapun, mereka juga bawahanku yang berharga.

Jika pedangku mampu "menyelamatkan" orang.

Maka itu juga baik-baik saja karena aku datang untuk memahami dengan tenang.

Setelah persatuan kekasisaran berbagai seni bela diri dalam keadaan kacau. Seni yang awalnya dibudidayakan untuk berperang dibuat, lalu dihapus.

Alasannya adalah, ketika kamu berbicara tentang seni belad diri di united empire di sana hanya ada dua.

Yang pertama adalah, Kuugaryu.

Seni bela diri yang diciptakan oleh sword saint Cougar Yanagi.

Ini pada masa puncak pertempuran untuk hak atas garam. Si pendiri, Cougar membangkitkan teknik pedang terkuatnya.

Itu menyebar dari pertempuran pertama di mana Cougar menampilkan kehebatanya mengalahkan beberapa ratus musuh sendirian dengan sekali napas.

Kuugaryu memiliki beberapa turunan.

Menggunakan kekuatan untuk menembus pertahanan musuh, "Kuugaryu Gouken Style"

Menggunakan teknik untuk mengiris musuh seperti menenun, "Kuugaryu Gouken Style."

Menggunakan hati untuk memahami aliran medan perang dan lawan, "Kuugaryu Shingan Style"

Dalam kondisi saat melawan musuh bersenjata ketika kamu tidak bersenjata, "Kuugaryu Gouki Style"

Terlepas dari busur, terdapat Kuugartu untuk berbagai senjata dan menyebar lebih praktis dari pada sekolah-sekolah pada masanya.

Generasi kaisar bahkan harus belajar Kuugaryu sebagai pelajaran wajib, dan belajar sampai kamu sampai pada misterinya menjadi premis mayor.

Selanjutnya, Cougar Yanagi sebagai panglima dari united empire memiliki metode dorongan semangat yang dia suka lakukan ketika dia mengalahkan musuh.

Dia mengucapkan seperti ini.

"Aku percaya tidak ada apapun kecuali mayat di belakangku. Tapi biarkan mereka menyadari ini. Itu bukan hanya mayat. Ada juga ribuan dan puluhan ribu jiwa yang kita selamatkan.

Itu sebabnya aku akan bertarung di garis depan.

Sehingga aku bisa melindungi teman-teman terdekatku, aku akan menerobos maju terdepan, menjadi perisai dan pedang mereka."

Percaya bahwa kehidupan yang diselamatkan lebih dari mereka yang tewas, dia menggenggam pedangnya.

Percayakan Kuugaryu ke generasi berikutnya, bahkan setelah mengundurkan diri dari posisi panglima karena usia, dia masih dipuji sebagai yang terkuat.

Setelah pensiun, dikatakan dia menjadi orang tua yang baik yang menikmati memancing santai sambil minum dan mengobrol dengan kaisar yang mana teman kecilnya dan kawan-kawan lainya.

Saat itu, dia selalu makan horse mackerel goreng.

Bahkan dengan wajah penuh keriput, dia tidak akan pernah gagal untuk makan hidangan itu dengan wajah penuh senyum.









⇐Chapter SebelumnyaToC — Chapter Berikutnya⇒ 
Facebook Twitter Google+

Comment Now

0 komentar